Senin, 31 Oktober 2011

KBK


Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK)

Pendidikan berbasis kompetensi mencangkup kurikulum,pedagogi dan penilaian. Oleh karena itu,pengembangan kurikulum berbasis kompetensi merupakan konsekuensi dari pendidikan berbasis kompetensi.
Komponen materi pokok pembelajaran berbasis kompetensi meliputin :
1.      Kompetensi yang akan dicapai
2.      Strategi penyampaian untuk mencapai kompetensi
3.      Sistem evaluasi atau penilaian yang digunakan untuk menentukan keberhasilan siswa dalam mencapai kompetensi.
Langkah-langkah yang perlu dilakukan untuk mendapatkan perumusan kompetensi yang jelas dan spesifik,antara lain dengan melaksanakan analisis kebutuhan, analisis tugas,analisis kompetensi,penilaianoleh profesi dan pendapat ahli (pakar) bidang studi,pendekatan teoritik,dan telaah buku teks yang relevan dengan materi yang dipelajari.


Kurikulum Berbasis Kompetensi

Implementasi di perguruan tinggi,ada 3 kompetensi :
1.      K.Internal : setiap pendidik memiliki kulitifikasi minimal :
-  Menciptakan budaya pembelajaran berorientasi kompetensi
-  Mendukung efektifitas dan keakurasian penerjemahan kurikulum berbasis kompetensi
2.      Kompetensi dalam artian KONTENS pendidikan : rumusan tentang material dari subjek pendidik yang tersusun secara sistematis,pokok bahasan-indikator-metoda-evaluasi
3.      K.Komunikasi : bagaimana seorang pendidik memberikan kondisi komunikasi edukatif yang menyenangkan.


Pengertian Kompetensi
1.      Kemampuan yang harus di kuasai seseorang
2.      Berupa sesuatu yang dilakukan seseorang
3.      Becker (1977)dan Gordon (1988) : meliputi pengjaran-pemahaman-keterampilan-naluri-sikap dan minat
4.      Mc.Asham : 1981 sesuatu yang tidak berbeda dengan apa yang dikenal ranah tujuan (TIK/TKP) kurikulum 75,84 dan 94,tetapi lebih luas = kompetensi

7 sifat standar kompetensi sekolah
Ø  Dapat digunakan siswa
Ø  Dapat digunakan guru
Ø  Dapat digunakan masyarakat
Ø  Dapat memotivasi belajar siswa
Ø  Mengharuskan peserta didik penting setiap mafal
Ø  Dapat dukungan siswa dan masyarakat
Ø  Bersaing dengan Negara lain


PROSEDUR PENGEMBANGAN KBK

1.      Merumuskan KBK
2.      Menyerap kebutuhan masyarakat / pasar kerja
3.      Penyusunan mapel / alokasi waktu
4.      Pembagian jurusan (Kl II)
5.      Klasifikasi penyusunan kompetensi (kemampuan,keterampilan,sikap,nilai / prilaku)
6.      Urutan materi pelajaran
7.      Penilaian serta berkesinambungan
8.      Pengelompokan siswa / kenaikan kelas
9.      Penilaian disusun indikator penilaian setiap mapel

remaja


ANALISIS PERILAKU MENYIMPANG REMAJA
1.Perilaku menyimpang yang terjadi remaja  di masyarakat
            Dalam hal ini perilaku yang menyimpang pada remaja yang sering kita temui terjadi adalah:Suka bolos atau cabut sebelum pelajaran berakhir,tidak suka bergaul atau suka menyendiri, suka berbohong kepada guru dan orang lain, suka berkelahi ,suka merusak fasilitas ,suka mencuri barng kepunyaan orang lain ,ugala ugalan ,kebut kebutan di jalan ,suka memakai narkotika dan obat terlarang ,mabuk mabukan ,melakukan perkosaan  dan hubungan seks bebas,melakukan perjudian ,melakukan pemerasan ,suka melawan kepada orang tua ,berpikiran dan berprilaku ekstrim .
            Masalah sosial yang dikategorikan dalam perilaku menyimpang diantaranya adalah kenakalan remaja. Untuk mengetahui tentang latar belakang kenakalan remaja dapat dilakukan melalui dua pendekatan yaitu pendekatan individual dan pendekatan sistem. Dalam pendekatan individual, individu sebagai satuan pengamatan sekaligus sumber masalah. Untuk pendekatan sistem, individu sebagai satuan pengamatan sedangkan sistem

2. Hubungan antara tingkat pendidikan dengan tingkat kenakalan yang dilakukan


Seharusnya semakin tinggi tingkat pendidikan akan semakin rendah melakukan kenakalan. Sebab dengan pendidikan yang semakin tinggi, nalarnya semakin baik. Artinya mereka tahu aturan-aturan ataupun norma sosial mana yang seharusnya tidak boleh dilanggar. Atau mereka tahu rambu-rambu mana yang harus dihindari dan mana yang harus dikerjakan. Tetapi dalam kenyataannya tidak demikian. Mereka yang tamat SLTA justru yang paling banyak melakukan tindak kenakalan 17 responden (56,7%) yang berarti separoh lebih, dengan terbanyak 12 responden (40%) melakukan kenakalan khusus, 2 responden (6,7%) melakukan kenakalan yang menjurus pada pelanggaran dan kejahatan, dan 4 responden (13,3%) melakukan kenakalan biasa. Demikian juga mereka melakukan kenakalan khusus. Sedang mereka yang hanya tamat SD 1 responden juga melakukan kenakalan khusus. Dengan demikian maka tidak ada hubungan antara tingkatan pendidikan dengan kenakalan yang dilakukan, artinya semakin tinggi pendidikannya tidak bisa dijamin untuk tidak melakukan kenakalan. Artinya di lokasi penelitian kenakalan remaja yang dilakukan bukan karena rendahnya tingkat pendidikan mereka, karena disemua tingkat pendidikan dari SD sampai dengan SLTA proporsi untuk melakukan kenakalan sama kesempatannya. Dengan demikian faktor yang kuat adalah seperti yang disebutkan di atas, yaitu adanya waktu luang yang tidak dimanfaatkan untuk kegiatan positif, dan adanya pengaruh buruk dalam sosialisasi dengan teman bermainnya atau faktor lingkungan sosial yang besar pengaruhnya.



C. Hubungan Antara Kenakalan Remaja Dengan Keberfungsian Sosial Keluarga

            Dalam kerangka konsep telah diuraikan tentang keberfungsian sosial keluarga, diantaranya adalah kemampuan berfungsi sosial secara positif dan adaptif bagi keluarga yaitu jika berhasil dalam melaksanakan tugas-tugas kehidupan, peranan, dan fungsinya serta mampu memenuhi kebutuhannya.


1. Hubungan antara pekerjaan orang tuanya dengan tingkat kenakalan

            Untuk mengetahui apakah kenakalan juga ada hubungannya dengan pekerjaan orangtuanya, artinya tingkat pemenuhan kebutuhan hidup. Karena pekerjaan orangtua dapat dijadikan ukuran kemampuan ekonomi, guna memenuhi kebutuhan keluarganya. Hal ini perlu diketahui karena dalam keberfungsian sosial, salah satunya adalah mampu memenuhi kebutuhannya. Berdasarkan data yang ada mereka yang pekerjaan oangtuanya sebagai pegawai negeri 5 responden (16,7%), berdagang 4 responden (13,3%), buruh 5 responden (16,6%), tukang kayu 2 responden (6,7%), montir/sopir 6 responden (20%), wiraswasta 5 responden (16,6%), dan pensiunan 1 responden (3,3%).

            Kecenderungan anak pegawai negeri walaupun melakukan kenakalan, namun pada tingkat kenakalan biasa. Lain halnya bagi mereka yang orang tuanya mempunyai pekerjaan dagang, buruh, montir/sopir, dan wiraswasta yang kecendrungannya melakukan kenakalan khusus. Hal ini berarti pekerjaan orang tua berhubungan dengan tingkat kenakalan yang dilakukan oleh anak-anaknya. Keadan yang demikian karena mungkin bagi pegawai negeri lebih memperhatikan anaknya untuk mencapai masa depan yang lebih baik, ataupun kedisiplinan yang diterapkan serta nilai-nilai yang disosisalisasikan lebih efektif. Sedang bagi mereka yang bukan pegawai negeri hanya sibuk mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan keluarganya, sehingga kurang ada perhatian pada sosialisasai penanaman nilai dan norma-norma sosial kepada anak-anaknya. Akibat dari semua itu maka anak-anaknya lebih tersosisalisasi oleh kelompoknya yang kurang mengarahkan pada kehidupan yang normative.


2. Hubungan antara keutuhan keluarga dengan tingkat kenakalan


            Secara teoritis keutuhan keluarga dapat berpengaruh terhadap kenakalan remaja. Artinya banyak terdapat anak-anak remaja yang nakal datang dari keluarga yang tidak utuh, baik dilihat dari struktur keluarga maupun dalam interaksinya di keluarga

            Dilihat dari keutuhan struktur keluarga, 21 responden (70%) dari keluarga utuh, dan 9 responden dari keluarga tidak utuh. Berdasarkan data pada tabel korelasi ternyata struktur keluarga ketidak utuhan struktur keluarga bukan jaminan bagi anaknya untuk melakukan kenakalan, terutama kenakalan khusus. Karena ternyata mereka yang berasal dari keluarga utuh justru lebih banyak yang melakukan kenakalan khusus.

            Namun jika dilihat dari keutuhan dalam interaksi, terlihat jelas bahwa mereka yang melakukan kenakalan khusus berasal dari keluarga yang interaksinya kurang dan tidak serasi sebesar 76,6%. Perlu diketahui bahwa keluarga yang interaksinya serasi berjumlah 3 responden (10%), sedangkan yang interaksinya kurang serasi 14 responden (46,7%), dan yang tidak serasi 13 responden (43,3%). Jadi ketidak berfungsian keluarga untuk menciptakan keserasian dalaam interaksi mempunyai kecenderungan anak remajanya melakukan kenakalan. Artinya semakin tidak serasi hubungan atau interaksi dalam keluarga tersebut tingkat kenakalan yang dilakukan semakin berat, yaitu pada kenakalan khusus.

3. Hubungan antara kehidupan beragama keluarganya dengan tingkat kenakalan

            Kehidupan beragama kelurga juga dijadikan salah satu ukuran untuk melihat keberfungsian sosial keluarga. Sebab dalam konsep keberfungsian juga dilihat dari segi rokhani. Sebab keluarga yang menjalankan kewajiban agama secara baik, berarti mereka akan menanamkan nilai-nilai dan norma yang baik. Artinya secara teoritis bagi keluarga yang menjalankan kewajiban agamanya secara baik, maka anak-anaknyapun akan melakukan hal-hal yang baik sesuai dengan norma agama. Berdasarkan data yang ada mereka yang keluarganya taat beragama 6 responden (20%), kurang taat beragama 15 responden (50%), dan tidak taat beragama 9 responden (30%). Dari tabel korelasi diketahui 70% dari responden yang keluarganya kurang dan tidak taat beragama melakukan kenakalan khusus.

            Dengan demikian ketaatan dan tidaknya beragama bagi keluarga sangat berhubungan dengan kenakalan yang dilakukan oleh anak-anaknya. Hal ini berarti bahwa bagi keluarga yang taat menjalankan kewajiban agamanya kecil kemungkinan anaknya melakukan kenakalan, baik kenakalan yang menjurus pada pelanggaran dan kejahatan maupun kenakalan khusus, demikian juga sebaliknya.

4. Hubungan antara sikap orang tua dalam pendidikan anaknya dengan tingkat kenakalan

            Salah satu sebab kenakalan yang disebutkan pada kerangka konsep di atas adalah sikap orang tua dalam mendidik anaknya. Mereka yang orang tuanya otoriter sebanyak 5 responden (16,6%), overprotection 3 responden (10%), kurang memperhatikan 12 responden (40%), dan tidak memperhatikan sama sekali 10 responden (33,4%). Dari tabel korelasi diperoleh data seluruh responden yang orang tuanya tidak memperhatikan sama sekali melakukan kenakalan khusus dan yang kurang memperhatikan 11 dari 12 responden melakukan kenakalan khusus. Dari kenyataan tersebut ternyata peranan keluarga dalam pendidikan sangat besar pengaruhnya terhadap kehidupan anak.

5. Hubungan antara interaksi keluarga dengan lingkungannya dengan tingkat kenakalan

            Keluarga merupakan unit terkecil dalam masyarakat, oleh karena itu mau tidak mau harus berhubungan dengan lengkungan sosialnya. Adapun yang diharapkan dari hubungan tersebut adalah serasi, karena keserasian akan menciptakan kenyamanan dan ketenteraman. Apabila hal itu dapat diciptakan, hal itu meruapakan proses sosialisasi yang baik bagi anak-anaknya. Mereka yang berhubungan serasi dengan lingkungan sosialnya berjumlah 8 responden (26,6%), kurang serasi 12 responden (40%), dan tidak serasi 10 responden (33,4%). Dari data yang ada terlihat bagi keluarga yang kurang dan tidak serasi hubungannya dengan tetangga atau lingkungan sosialnya mempunyai kecenderungan anaknya melakukan kenakalan pada tingkat yang lebih berat yaitu kenakalan khusus. Keadaan tersebut dapat dilihat dari 23 responden yang melakukan kenakalan khusus 19 responden dari dari keluarga yang interaksinya dengan tetangga kurang atau tidak serasi.


6. Pernah tidaknya responden ditahan dan dihukum hubungannya dengan keutuhan struktur dan interaksi keluarga, serta ketaatan keluarga dalam menjalankan kewajiban beragama


            Data tentang responden yang pernah ditahan berjumlah 15 responden, dari jumlah tersebut 3 responden (20%) karena kasus perkelaian, masing-masing 1 responden (6,7%) karena kasus penegeroyokan dan pembunuhan, 5 responden (33,3%) karena kasus obat terlarang (narkotika) dan 8 responden (53,3%) karena kasus pencurian.

            Sedangkan responden yang pernah dihukum penjara berjumlah 10 responden dengan rincian 7 responden karena kasus pencurian, masing-masing 1 responden karena ksus pengeroyokan, pembunuhan, dan narkotika. Adapun lamanya mereka dihukum antara 1 bulan-3 tahun, dengan rincian sebagai berikut 4 responden (40%) dihukum penjara selama 1 bulan, 3 responden (30%) dihukum 3 bulan, masing-masing 1 responden (10%) dihukum 7 bulan, 2 tahun, dan 3 tahun . Dari responden yang pernah ditahan dan di hukum semuanya dari keluarga yang struktur keluarganya utuh, tetapi interaksinya kurang dan tidak serasi. Hal ini menunjukkan bahwa masalah interaksi dalam keluarga merupakan sebab utama seorang remaja sampai ditahan dan dihukum penjara. Sedangkan dari sudut ketaatan dalam menjalankan kewajiban agam bagi keluarganya masih terdapat 1 responden yang pernah ditahan dan dihukum karena kasus pencurian. Artinya bahwa ketaatan beragama dari keluarganya belum menjamin anaknya bebas dari kenakalan dan ditahan serta dihukum.

D. Analisis Hubungan Antara Keberfungsian Sosial Keluarga dengan Kenakalan Remaja

            Setelah dianalisis secara bivariat antara beberapa variabel, maka untuk melengkapinya dianalisis secara statistik dengan rumus product moment guna melihat keeratan hubungan tersebut. Berdasarkan tabel distribusi koefisiensi korelasi product moment diperoleh data sebagai berikut; nilai x = 510 y = 322 x2 = 9.010 y2 = 3.752 xy = 5.283 hasil perhitungan yang diperoleh = - 0,6022. Sedang nilai r yang diperoleh dalam tabel dengan taraf significansi 5%, dengan sampel 30 adalah 0,361 Berdasarkan data tersebut karena nilai r yang diperoleh dari hasil penelitian jauh dari batas significansi nilai r yang diperolehnya berarti ada hubungan negative antara keberfungsian keluarga dengan kenakalan remaja yang dilakukan. Artinya semakin tinggi tingkat berfungsi sosial keluarga, akan semakin rendah tingkat kenakalan remajanya, demikian sebaliknya semakin rendah keberfungsian sosial keluarga maka akan semakin tinggi tingkat kenakalan remajanya.
            Dari uraian di atas bisa dilihat bahwa secara jenis kelamin terlihat remja pria lebih cenderung melakukan kenakalan pada tinglat khusus, walaupun demilikan juga remaja perempuan yang melakukan kenakalan khusus. Dari sudut pekerjaan atau kegiatan sehari-hari remaja ternyata yang menganggur mempunyai kecenderungan tinggi melakukan kenakalan khusus demikian juga mereka yang berdagang dan menjadi buruh juga tinggi kecenderungannya untuk melakukan kenakalan khusus. Pemenuhan kebutuhan keluarga juga berpengaruh pada tingkat kenakalan remajanya, artinya bagi keluarga yang tiap hari hanya berpikir untuk memenuhi kebutuhan keluarganya seperti yang orang tuanya bekerja sebagai buruh, tukang, supir dan sejenisnya ternyata anaknya kebanyakan melakukan kenakalan khusus. Demilian juga bagi keluarga yang interaksi sosialnya kurang dan tidak serasi anak-anaknya melakukan kenakalan khusus. Kehidupan beragama keluarga juga berpengaruh kepada tingkat kenakalan remajanya, artinya dari keluarga yang taat menjalankan agama anak-anaknya hanya melakukan kenakalan biasa, tetapi bagi keluarga yang kurang dan tidak taat menjalankan ibadahnya anak-anak mereka pada umumnya melakukan kenakalan khusus.Hal lain yang dapat dilihat bahwa sikap orang orang tua dalam sosialisasi terhadap anaknya juga sangat berpengaruh terhadap tingkat kenakalan yang dilakukan, dari data yang diperoleh bagi keluarga yang kurang dan masa bodoh dalam pendidikan (baca sosialisasi) terhadap anaknya maka umumnya anak mereka melakukan kenakalan khusus. Dan akhirnya keserasian hubungan antara keluarga dengan lingkungan sosialnya juga berpengaruh pada kenakalan anak-anak mereka. Mereka yang hubungan sosialnya dengan lingkungan serasi anak-anaknya walaupun melakukan kenakalan tetapi pada tingkat kenakalan biasa, tetapi mereka yang kurang dan tidak serasi hubungan sosialnya dengan lingkungan anak-anaknya melakukan kenakalan khusus.


            Berdasarkan analisis di atas, ditemukan bahwa remaja yang memiliki waktu luang banyak seperti mereka yang tidak bekerja atau menganggur dan masih pelajar kemungkinannya lebih besar untuk melakukan kenakalan atau perilaku menyimpang. Demikian juga dari keluarga yang tingkat keberfungsian sosialnya rendah maka kemungkinan besar anaknya akan melakukan kenakalan pada tingkat yang lebih berat.Sebaliknya bagi keluarga yang tingkat keberfungsian sosialnya tinggi maka kemungkinan anak-anaknya melakukan kenakalan sangat kecil, apalagi kenakalan khusus. Dari analisis statistik (kuantitatif) maupun kualitatif dapat ditarik kesimpulan umum bahwa ada hubungan negatif antara keberfungsian sosial keluarga dengan kenakalan remaja, artinya bahwa semakin tinggi keberfungsian social keluarga akan semakin rendah kenakalan yang dilakukan oleh remaja. Sebaliknya semakin ketidak berfungsian sosial suatu keluarga maka semakin tinggi tingkat kenakalan remajanya (perilaku menyimpang yang dilakukanoleh remaja. Berdasarkan kenyataan di atas, maka untuk memperkecil tingkat kenakalan remaja ada dua hal yang perlu diperhatikan yaitu meningkatkan keberfungsian sosial keluarga melalui program-program kesejahteraan sosial yang berorientasi pada keluarga dan pembangunan social yang programnya sangat berguna bagi pengembangan masyarakat secara keseluuruhan Di samping itu untuk memperkecil perilaku menyimpang remaja dengan memberikan program-program untuk mengisi waktu luang, dengan meningkatkan program di tiap karang taruna. Program ini terutama diarahkan pada peningkatan sumber daya manusianya yaitu program pelatihan yang mampu bersaing dalam pekerjaan yang sesuai dengan kebutuhan.

Fenomena Badai Matahari

Apa itu badai matahari ?
Badai matahari merupakan fenomena alam yang terjadi pada matahari ketika terlemparnya proton dan elektron akibat aktivitas magnetik matahari. Gaya yang terjadi selalu berubah-ubah berdasarkan rotasi matahari. Rotasi menjadi lebih lambat sewaktu menjauhi ekuator. Di kutub utara dan kutub selatan periode menjadi 34 hari,perbedaan hampir sepuluh hari dalam periode di antara ekuator dan kutub-kutub matahari ini terjadi karena kenyataan bahwa matahari itu tidak padat melainkan semacam bola gas dimana terjadi aktivitas magnetik yang saling tarik menarik. Dan pada saat tertentu medan magnet mencapai titik yang tinggi sehingga menimbulkan ledakan. Menurut penelitian,medan magnet terbentuk di lapisan inti matahari. Dimana di bagian ini terjadi reaksi inti yang mengubah hydrogen menjadi helium. Reaksi ini menghasilkan energy yang nantinya akan dilepaskan oleh matahari.
Badai matahari merupakan siklus kegiatan peledakan dahsyat dari masa puncak kegiatan bintik matahari (sunspot). Dimana semakin banyak dan besarnya bintik matahari tersebut mengakibatkan timbulnya ledakan yang dahsyat yang dapat mengakibatkan terjadinya gangguan-gangguan pada keadaan listrik di permukaan bumi dan terganggunya satelit-satelit di bumi sehingga mengakibatkan terganggunya siaran radio,dll.

geo


ATMOSFER BUMI
A.    Sifat Atmosfer

Atmosfer merupakan selimut gas tebal yang secara menyeluruh menutupi bumi. Udara merupakan suatu benda yang tidak berwarna, tidak berbau, tidak dapat dirasakan dan tidak dapat di raba, kecuali ia bergerak sebagai angin. Jumlah berat seluruh atmosfer telah dihitung sekitar 56 x 1014 ton.
Sifat-sifat umum atmosfer bumi :
Ø  Tidak berbau, tidak berwarna, tidak berasa dan tidak dapat diraba.
Ø  Sangat dinamis, mudah bergerak atau mengalir bila terjadi perbedaan tekanan.
Ø  Sangat elastis, dapat dimanfaatkan atau mengkerut.
Ø  Merupakan penerus panas yang jelek.
Ø  Dapat ditembus oleh berbagai sinar.
Ø  Memberikan tekanan kepada permukaan bumi.
Ø  Berpegang atau melekat pada kulit bumi oleh kerja gaya tarik bumi.

Benda-benda yang terdapat di atmosfer yaitu :
·         Gas-gas, yang merupakan komponen tetap
·         Uap air, yang merupakan komponen berubah-ubah
·         Aerosol atau butir-butir debu.

B.     Susunan Atmosfer
Atmosfer bumi terdiri dari campuran berbagai gas, tetapi secara garis besar dapat di bagi atas dua kelompok, yakni :
1.      Gas Utama, yaitu merupakan komponen tetap yang mengisi lebih dari 99% dari udara kering. Gas-gas tersebut adalah nitrogen, oksigen, argon, dan karbondioksida.
2.      Gas Langka, yaitu gas-gas yang berada dalam jumlah sangat sedikit (sekitar 0,003% dari seluruh massa udara). Gas-gas tersebut adalah neon, helium, krypton, xenon, hydrogen, metan dan N2O.
Komposisi gas utama (%) yang menyusun atmosfer.
Macam gas
Volume (%)
Berat (%)
Nitrogen (N2)
Oksigen (O2)
Argon (Ar)
Karbondioksida (CO2)
78,088
20,949
0,930
0,030
75,527
23,143
1,282
0,046

Susunan rata-rata atmosfer kering dibawah 2,5 km.
Macam gas
Simbol
Volume %
( udara kering )
Berat molekul
Nitrogen
Oksigen
Argon**
Karbondioksida
Neon**
Helium*+
Ozon**
Hydrogen
Krypton+
Xenon*
Methan
N2
O2
Ar
CO2
Ne
He
O3
H
Kr
Xe
Me
78,09
20,94
0,93
0,03
0,0018
0,0005
0,00006
0,00005
Sangat kecil
Sangat kecil
Sangat kecil
28,02
32,00
39,88
44,00
20,18
4,00
48,00
2,02
-
-
-
*   = hasil perombakan helium dan uranium
** = gabungan ulang oksigen
+   = gas sangat lemah
o   Variasi atas dasar ketinggian
Variasi atas dasar ketinggian ini berhubungan erat dengan lokasi sumber dua macam gas yang tidak dapat permanen di atmosfer, yaitu uap air dan ozon.

o   Variasi dengan lintang dan musim
Variasi komposisi atmosfer atas dasar lintang dan musim terutama penting dalam masalah uap air dan ozon. Kandungan ozon rendah dikhatulistiwa dan tinggi pada 500 LU ke arah kutub terutama pada musim semi.
Kandungan karbondioksida (rata-rata 315 ppm), mempunyai kisaran musiman yang besar pada lintang besar dibelahan bumi utara. Pada lintang 500U konsentrasinya berkisar 310 ppm pada musim panas dan 318 ppm pada musim semi.

o   Variasi dengan waktu
Jumlah karbondioksidan dan ozon dalam atmosfer menjadi pokok variasi-variasi selama periode waktu yang panjang, dan ini semua nyata oleh karena kemungkinan pengaruh mereka pada penganggaran radiasi.

C.    Lapisan Atmosfer
Mulai dari permukaan tanah kearah vertikal, berdasarkan zona suhu atmosfer dapar dibagi atas 4 lapisan utama yaitu : Troposfir, Stratosfir, Mesosfir, dan Termosfir. Tiga lapisan pertama merupakan lapisan homosfir, yaitu lapisan yang tersusun dari berbagai gas jumlahnya tetap. Sedangkan lapisan keempat adalah merupakan lapisan heterosfir yaitu lapisan yang tidak mempunyai susunan gas yang tetap.
( penampang melintang atmosfer bumi dan beberapa fenomena yang berhubungan )
a.      Troposfir

Troposfir merupakan lapisan terbawah dari atmosfer yang secara langsung sangat berperanan terhadap lingkungan kehidupan mahluk dipermukaan bumi. Berdasarkan hasil pengamatan, ternyata bahwa semua fenomena cuaca dan iklim berlangsung pada lapisan troposfir. Batas-batas troposfera diatas kutub-kutub bumi terletak pada ketinggian 9 sampai 11 kilometer, sedangkan diatas equatorial batas-batas troposfera terletak pada ketinggian 18 sampai 20 kilometer. Didalam troposfer temperatur udara makin keatas makin berkurang, secara rata-rata 0,060C tiap 100 meter.
Tropopause = merupakan lapisan transisi antara troposfer dan stratosfer.
Sifat-sifat dari lapisan ini adalah sebagai berikut :
·         Lapisan troposfir pada lapisan khatulistiwa tebalnya 16 km, di lintang tengah 10-12 km dan dikutub sekitar 8 km.
·         Troposfir banyak mengandung uap air yang dapat berkembang menjadi awan dan presipitasi.
·         Pada lapisan ini banyak sekali terdapat partikel-partikel debu yang sangat halus dan melayang-layang dilapisan teratas troposfir.
·         Troposfir sangat sedikit menyerap radiasi gelombang pendek yang langsung dari matahari.
·         Sebaliknya permukaan tanah banyak menyerap radiasi langsung matahari.

b.      Stratosfir

Stratosfir terletak diatas troposfir, batas-batas stratosfir terletak pada ketinggian 50 kilometer diatas permukaan bumi, baik diatas daerah kutub-kutub maupuan diatas daerah equatorial. Didalam stratosfir makin keatas udara makin bertambah tinggi temperaturnya. Kenaikan temperature disebabkan oleh lapisan ozon yang menyerap radiasi ultraviolet dari matahari.
Stratopause merupakan bagian atas stratosfer dibatasi oleh permukaan diskontunuitas temperatur kedua yang terletak pada ketinggian 60 km dengan temperatur berorde 00C. sifat-sifatnya sebagai berikut : stratosfer terdiri dari dua lapisan yakni ozonosfer (03) dan stratopause (puncak stratosfir).
Stratosfir dapat dibedakan atas tiga lapisan, yaitu :
1)      Lapisan isotherm, yang merupakan lapisan stratosfer terbawah sampai ketinggian 35 km.
2)      Lapisan panas, lapisan ini terletak pada ketinggian 35 km- 50 km.
3)      Lapisan campuran, lapisan ini terletak pada ketinggian 50 km- 80 km.

c.       Mesosfir

Lapisan ini terletak pada stratosfer dan berkembang sampai ketinggian 80 km lapisan mesosfer ditandai dengan penurunan temperatur dengan gradien berorde 0,40C per 100 meter. Mesopause yaitu permukaan yang mempunyai temperatur paling rendah dalam atmosfer, kira-kira -1000C.

d.      Termosfir

Lapisan yang berada diatas lapisan mesosfir adalah lapisan atmosfer yang panas. Suhu berangsur menaik sampai mencapai nilai 1.7000C pada lapisan teratas. Pada ketinggian 80 km mulai terjadi ionisasi dari gas-gas penyusun menjadi ion karena pengaruh panas yang tinggi dari sinar ultraviolet dari tekanan udara yang sangat rendah.
Termopause lapisan paling tinggi dalam atmosfer yang meluas dari ketinggian 200 atau 300 km sampai pada ketinggian rumbai-rumbai bumi yaitu 1000 km. temperatur malam hari berisolasi antara 3000C sampai dengan 12000C dan siang hari berisolasi antara 7000C dan 17000C.

e.       Ionosfir

Ionosfir terletak diatas stratosfer, batas-batas ionosfir sulit untuk ditentukan dengan pasti. Didalam ionosfer terdapat molekul-molekul udara yang ter-IONISER, yaitu molekul-molekul udara yang bermuatan listrik. Di dalam ionosfir terdapat lapisan yang relatif tipis, dimana konsentrasi (=kepadatan) molekul-molekul udara yang terioniser itu amat padat.

f.        Eksosfir

Eksosfir merupakan lapisan atmosfir terluar, batas terluat tidak jelas butir-butir gas di lapisan ini sangat tipis dan gravitasi bumi sangat kecil, sehingga butir-butir gs dilapisan ini berangsur-angsur dapat meloloskan diri ke angkasa luar.

kepemimpinan dalam pendidikan


KEPEMIMPINAN DALAM PENDIDIKAN

Kepemimpinan merupakan bagian penting dari administrasi/manajemen,bahkan dapat dikatakan sebagai mana inti dan metode penggerak dari manajemen. Sehingga dapat dikatakan keberhasilan seseorang dalam melaksanakan administrasi/manajemen sangat ditentukan oleh kepemimpinannya.
1.      Pengertian Kepemimpinan Pendidikan
Sehubungan dengan kepemimpinan ini banyak pendapat ahli yang secara umum dapat dikelompokkan menjadi beberapa sudut pandang (Mar’at,1985)
a.       Kepemimpinan sebagai focus proses-proses kelompok
b.      Kepemimpinan sebagai suatu kepribadian dan akibatnya
c.       Kepemimpinan sebagai suatu seni mempengaruhi orang lain
d.      Kepemimpinan sebagai penggunaan pengaruh
e.       Kepemimpinan dalam arti yang luas secara tidak langsung melibatkan hubungan saling pengaruh mempengaruhi antara dua orang atau lebih
f.       Kepemimpinan sebagai tindakan atau tingkah laku
g.      Kepemimpinan sebagai bentuk persuasi
h.      Kepemimpinan sebagai alat mencapai tujuan
i.        Kepemimpinan sebagai akibat dari interaksi
j.        Kepemimpinan sebagai pembedaan peran
k.      Kepemimpinan sebagai inisiasi struktur
Kepemimpinan adalah kemampuan seseorang mempengaruhi perilaku orang lain untuk berpikir dan berperilaku dalam rangka perumusan dan pencapaian tujuan organisasi di dalam situasi tertentu.
Kepemimpinan merupakan bagian penting dari manajemen yaitu merencanakan dan mengorganisasi, tetapi peran utama kepemimpinan adalah mempengaruhi orang lain untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Hal ini merupakan bukti bahwa pemimpin boleh jadi manajer yang lemah apabila perencanaannya jelek yang menyebabkan kelompok berjalan ke arah yang salah. Akibatnya walaupun dapat menggerakkan tim kerja, namun mereka tidak berjalan kearah pencapaian tujuan organisasi. Kepemimpinan berkaitan dengan proses yang mempengaruhi orang sehingga mereka mencapai sasaran dalam keadaan tertentu. Kepemimpinan telah digambarkan sebagai penyelesaian pekerjaan melalui orang atau kelompok dan kinerja manajer akan tergantung pada kemampuannya sebagai manajer. Hal ini berarti mampu mempengaruhi terhadap orang atau kelompok untuk mencapai hasil yang diinginkan dan ditetapkan bersama.
Ada banyak definisi mengenai kepemimpinan, beberapa diantaranya:
1. Kepemimpinan adalah keseluruhan aktivitas untuk mempengaruhi serta menggiatkan orang dalam usaha bersama untuk mencapai tujuan (George Terry).
2. Kepemimpinan adalah suatu proses yang mempengaruhi aktivitas kelompok yang terorganisir dalam rangka usaha untuk mencapai tujuan kelompok (Stogdill).
3. Drs. Ngalim Purwanto berpendapat bahwa Kepemimpinan adalah tindakan/perbuatan di antara perseorangan dan kelompok yang menyebabkan baik orang seorang maupun kelompok maju ke arah tujuan-tujuan tertentu.
4. Menurut sumber dari seorang ahli yang mendefinisikan kepemimpinan, seperti: George R. Terry (1977 : 410 – 411), yang mengatakan bahwa:“Leadership is the relationship in which one person or the leader, influence other to work together willingly on related task to attain that which the leader desires”
5. Andrew Sikula (1992 : 117), yang mengatakan bahwa:“Leadership in an administration process that involves directing the affairs and actions of others”.
Kepemimpinan adalah kemampuan seni mempengaruhi tingkah laku manusia dan kemampuan untuk membimbing beberapa orang untuk mengkordinasikan dan mengarahkan dengan maksud dan tujuan tertentu. Untuk dapat menggerakkan beberapa orang pelaksana, seorang pemimpin harus memiliki kelebihan dibandingkan orang yang dipimpinnya misalnya kelebihan dalam menggunakan pikirannya,  rohaniah, dan badaniah. Agar dapat menggunakan kelebihanya tersebut, seorang pemimpin suatu organisasi difasilitasi dengan apa yang disebut dengan tugas dan wewenang.
Kepemimpinan merupakan salah satu kunci utama yang dapat dipergunakan untuk meningkatkan efektivitas kerja dalam organisasi perusahaan. apabila pemimpin tidak dapat menjalankan dan mengkoordinir semua sumber daya yang ada di perusahaan maka akan menimbulkan masalah besar, karena dapat mengakibatkan sasaran yang telah ada ditetapkan perusahaan sulit untuk dicapai.
Dari defenisi diatas tergambar unsur-unsur pokok dari kepemimpinan itu adalah :
a.       Pemimpin
b.      Yang dipimpin
c.       Adanya proses mempengaruhi
d.      Adanya tujuan yang diinginkan

2.      Hubungan Administrasi dengan Kepemimpinan
Kepemimpinan merupakan bagian yang dapat dipisahkan dari administrasi. Bagaimana hubungan antara kedua hal tersebut dapat ditinjau dari ruang lingkup/luas lingkungannya dan dari proses fungsinya seperti digambarkan dibawah ini.
• Hubungan kepemimpinan dan adminisrasi dari luas lingkupnya.
• Hubungan kepemimpinan dan manajemen/administrasi ditinjau dari prosesnya
Kepemimpinan ada pada setiap usaha untuk mempengaruhi perilaku kelompok atau individu, untuk alasan apapun. Manajemen adalah sejenis kepemimpinan untuk mencapai tujuan organisasi.
Perbedaan lain yang dapat dibuat:
  • Manajemen terlibat kekuasaan karena posisi.
  • Kepemimpinan terlibat kekuasaan karena pengaruh
Abraham Zaleznik (1977), misalnya, menjelaskan perbedaan antara kepemimpinan dan manajemen. Dia melihat pemimpin sebagai visioner yang memberi inspirasi, perhatian pada substansi; sedangkan manajer dia lihat sebagai perencana yang perhatian pada process.

3.      Faktor-faktor yang menentukan prilaku kepemimpinan pendidikan
Perilaku seseorang pemimpin pendidikan dalam melaksanakan tugas kepemimpinannya dipenggaruhi oleh banyak factor. Factor-faktor tersebut dapat dikelompokkan pada:
• factor-faktor yang berasal dari pemimpin itu sendiri
• factor-faktor yang berasal dari kelompok yang dipimpin
• factor lembaga/organisasi yang dipimpin
• factor-faktor legal
• factor lingkungan social
• factor perubahan-perubahan dan pembaharuan dalam teori atau bidang pendidikan seperti perubahan kurikulum, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam bidang pendidikan, perubahan-perubahan teori belajar dan sebagainya akan mempenggaruhi perilaku seseorang pemimpin pendidikan.
4.      Fungsi kepemimpinan pendidikan
Dalam kehidupan organisasi termasuk organisasi pendidikan, fungsi kepemimpinan adalah hal penting yang harus dilaksanakan seseorang pimpinannya menurut wahjosumudjo (1999) fungsi kepemimpinan dapat dikelompokkan menjadi empat,yaitu:
-          Mendefenisikan misi dan peranan organisasi
-          Mewujudkan tujuan organisasi
-          Mempertahankan tujuan organisasi
-          Mengendalikan konflik internal yang terjadi didalam organisasi
Sehubungan fungsi kepemimpinan ini Burhanuddin (1994), mengelompokkannya menjadi 3 yaitu :
·         fungsi yang bertalian dengan tujuan yang akan dicapai
Soetopo (1984 : 5) merinci lagi fungsi ini diantaranya adalah :
1.      Memikirkan, merumuskan, dengan teliti tujuan kelompok
2.      Memberikan dorongan dan penjelasan kepada anggota kelompok supaya dapat menyusun rencana dengan baik
3.      Membantu anggota mengumpulkan keterangan-keterangan yang diperlukan
4.      Mendorong anggota melahirkan perasaan dan fikirannya dalam pemecahan masalah

·         fungsi yang berkaitan dengan pengarahan,pelaksanaan setiap kegiatan,dalam rangka mencapai tujuan kelompok
·         fungsi yang berhubungan dengan penciptaan dan pemeliharaan suasana kerja yang menyenangkan
Beberapa usaha yang dapat dilakukan pemimpin dalam menciptakan suasana kerja yang menyenangkan ini adalah :
1.      memberi semangat dan dorongan kepada anggota kelompok untuk mencapai suatu taraf produktivitas yang tinggi
2.      menumbuhkan sikap percaya diri pada setiap anggota organisasi
3.      memupuk dan memelihara suasana kerjasama dalam kelompok
4.      mengarahkan suasana tempat kerja yang menyenangkan, sehat dan penuh kemudahan bagi penyelenggaraan tugas
5.      memupuk dan menanamkan perasaan bersatu pada masing-masing anggota dan perasaan bahwa ia adalah bagian dari kelompok
6.      penerapan tipe / gaya kepemimpinan demokratis /tepat dan supervise yang efektif.


5.      Gaya kepemimpinan
Gaya kepemimpinan adalah pola perilaku pemimpin dalam melaksanakan tugas atau fungsi-fungsi kepemimpinan atau mempengaruhi para anggota organisasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Pada dasarnya di dalam setiap gaya kepemimpinan terdapat 2 unsur utama, yaitu unsur pengarahan (directive behavior) dan unsur bantuan (supporting behavior). Dari dua unsur tersebut gaya kepemimpinan dapat dikelompokkan menjadi 4 kelompok, yaitu otokrasi (directing), pembinaan (coaching), demokrasi (supporting), dan kendali bebas (delegating).
Ditinjau dari perilaku kepemimpinan menurut hasil penelitian universitas OHIO dan universitas Michigan secara umum juga mengelompokkan dasar kepemimpinan menjadi 2 yaitu :
a.       Gaya kepemimpinan yang berorientasi pada tugas
Perilaku pemimpin dengan gaya ini cenderung lebih mementingkan tujuan organisasi dari pada memperhatikan bawahan.
b.      Gaya kepemimpinan yang berorientasi pada manusia / bawahan
Perilaku pemimpin dengan gaya ini cenderung ke arah kepentingan bawahan.

Disamping itu gaya kepemimpinan ini dapat juga dibedakan menjadi tipe authoritarian, demokratis, laizes faire,dan pseude demokratis (Soetopo,1984 : 7)
a.       Tipe otoriter,yaitu perilaku pemimpin dengan tipe ini menunjukkan ingin berkuasa
Kepemimpinan otoriter menggunakan pendekatan kekuasaan dalam mencapai keputusan dan pengembangan struktur, sehingga kekuasaanlah yang paling diuntungkan dalam organisasi. Akan tetapi Kepemimpinan Otoriter yang memiliki pemimpin yang baik hati nurani nya, belum tentu hasil outputnya lebih buruk daripada Kepemimpinan Demokratis yang memiliki Pemimpin yang tidak memiliki kapasitas. Contohnya: Korea utara dengan otoriternya mampu berkembang dengan pesat dalam beberapa tahun terakhir.
b.      Tipe demokratis,tipe ini merupakan kebalikan dari tipe pertama
Kepemimpinan yang demokratis ditandai oleh adanya suatu struktur yang pengembangannya menggunakan pendekatan pengambilan keputusan yang kooperatif. Di bawah kepemimpinan demokratis bawahan cenderung bermoral tinggi, dapat bekerja sama, mengutamakan mutu kerja dan dapat mengarahkan diri sendiri.
c.       Tipe laizes faire,pada tipe kepemimpinan ini,pemimpin sepertinya tidak melakukan fungsi kepemimpinan dan sifat kepemimpinannya tidak tampak.
Tipe pemimpin ini mempunyai karakteristik utama yaitu segala sesuatu akan berjalan lancar sebgai mestinya, yang perlu dilakukan adalah mengawasi alur kegiatan organisasi sesuai dengan apa adanya.Peranan pemimpin tipe ini adalah biasanya sebagai ‘polisi lalu lintas’ dengan anggapan bahwa anggota organisasi sudah mengetahui dan cukup dewasa untuk taat pada peraturan dan permainan yang berlaku. Dengan demikian peranan tipe pemimpin ini adalah pasif.
Gaya kepemimpinan oleh tipe pemimpin ini adalah:
  • Pedelegasian wewenang terjadi secara ekstensif.
  • Pengambilan keputusan diserahkan pada pejabat dibawahnya kecuali bilamana dibutuhkan kehadiran dan keterlibatannya.
  • Status quo organisasional tidak terganggu.
  • Pertumbuhan dan pengembangan kemampuan berfikir, inovatif, kreatifitas diserahkan pada pejabat dibawahnya dan anggota organisasi.
  • Sepanjang dan selama para anggota organisasi menunjukkan perilaku dan prestasi kerja yang memadai, maka intervensi pemimpin di dalam organisasi dalam tingkat yang minimum.


d.      Tipe pseudo demokratis,tipe ini disebut juga demokratis semu. Dimana seorang pemimpin yang mempunyai tipe ini hanya nampaknya saja yang demokratis,padahal sebenarnya tindakannya bersifat otoriter/absolut.
Pseudo berarti palsu, pura-pura. Pemimpin semacam ini berusaha memberikan kesan dalam penampilannya seolah-olah dia demokratis, sedangkan maksudnya adalah otokrasi, mendesakkan keinginannya secara halus. Tipe kepemimpinan pseudo-demokratis ini sering juga disebut sebagai pemimpin yang memanipulasikan demokratis atau demokratis semu. Berkaitan dengan ini Kimball Willes menyebutkan bahwa cara memimpinnya tipe kepemimpinan pseudo-demokratis itu seperti diplomatic manipulation atau manipulasi diplomatis. Jadi, pemimpin pseudo demokratis sebenarnya adalah orang otokratis, tetapi pandai menutup-nutupi sifatnya dengan penampilan yang memberikan kesan seolah-olah ia demokratis.

Ciri-ciri Pemimpin dan Kepemimpinan Yang Baik
Sebagai seorang pemimpin yang mengingikan kemajuan bagi anggota danorganisasi yang dipimpinnya, hendaknya seorang pemimpin harus memiliki :6
1.      Pengetahuan umum yang luas, semakin tinggi kedudukan seseorang dalam hirarkikepemimpinan organisasi, ia semakin dituntut untuk mampu berpikir dan bertindak secara generalis.
2.      Kemampuan untuk tumbuh dan berkembang dalam memajukan organisasi.
3.      Sikap yang intuitif atau rasa ingin tahu, merupakan suatu sikap yangmencerminkan dua hal: pertama, tidak merasa puas dengan tingkat pengetahuanyang dimiliki; kedua, kemauan dan keinginan untuk mencari dan menemukan hal-hal baru.
4.      Kemampuan Analitik, efektifitas kepemimpinan seseorang tidak lagi padakemampuannya melaksanakan kegiatan yang bersifat teknis operasional,melainkan pada kemampuannya untuk berpikir. Cara dan kemampuan berpikir yang diperlukan adalah yang integralistik, strategik dan berorientasi pada pemecahan masalah.
5.      Daya ingat yang kuat, pemimpin harus mempunyai kemampuan inteletual yang berada di atas kemampuan rata-rata orang-orang yang dipimpinnya, salah satu bentuk kemampuan intelektual adalah daya ingat yang kuat.
6.      Kapasitas integratif, pemimpin harus menjadi seorang integrator dan memiliki pandangan holistik mengenai orgainasi.
7.      Ketrampilan berkomunikasi secara efektif, fungsi komunikasi dalam organisasiantara lain : fungsi motivasi, fungsi ekspresi emosi, fungsi penyampaian informasidan fungsi pengawasan.
8.      Keterampilan Mendidik, memiliki kemampuan menggunakan kesempatan untuk meningkatkan kemampuan bawahan, mengubah sikap dan perilakunya danmeningkatkan dedikasinya kepada organisasi.
9.      Rasionalitas, semakin tinggi kedudukan manajerial seseorang semakin besar pulatuntutan kepadanya untuk membuktikan kemampuannya untuk berpikir. Hasil pemikiran itu akan terasa dampaknya tidak hanya dalam organisasi, akan tetapi juga dalam hubungan organisasi dengan pihak-pihak yang berkepentingan di luar organisasi tersebut.
10.  Objektivitas, pemimpin diharapkan dan bahkan dituntut berperan sebagai bapak dan penasehat bagi para bawahannya. Salah satu kunci keberhasilan seorang pemimpin dalam mengemudikan organisasi terletak pada kemampuannya bertindak secara objektif.
11.  Pragmatisme, dalam kehidupan organisasional, sikap yang pragmatis biasanyaterwujud dalam bentuk sebagai berikut : pertama, kemampuan menentukan tujuandan sasaran yang berada dalam jangkauan kemampuan untuk mencapainya yang berarti menetapkan tujuan dan sasaran yang realistik tanpa melupakan idealisme.Kedua, menerima kenyataan apabila dalam perjalanan hidup tidak selalu meraihhasil yang diharapkan.
12.  Kemampuan Menentukan Prioritas, dengan membedakan hal yang Urgen danyang Penting
13.  Naluri yang Tepat, kemampuannya untuk memilih waktu yang tepat untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu.
14.  Rasa Kohesi yang tinggi, :senasib sepenanggungan”, ketertarikan satu sama lain.
15.  Rasa Relevansi yang tinggi, pemimpin tersebut mampu berpikir dan bertindak sehingga hal-hal yang dikerjakannya mempunyai relevansi tinggi dan langsungdengan usaha pencapaian tujuan dan berbagai sasaran organisasi.
16.  Keteladanan, seseorang yang dinilai pantas dijadikan sebagai panutan dan teladandalam sikap, tindak-tanduk dan perilaku.
17.  Menjadi Pendengar yang Baik, tidak terlalu cepat memberikan tanggapanterhadap pendapat orang lain.
18.  Adaptabilitas, kepemimpinan selalu bersifat situasional, kondisional, temporaldan spatial.
19.  Fleksibilitas, mampu melakukan perubahan dalam cara berpikir, cara bertindak,sikap dan perilaku agar sesuai dengan tuntutan situasi dan kondisi tertentu yangdihadapi tanpa mengorbankan prinsip-prinsip hidup yang dianut oleh seseorang.
20.  Ketegasan, keberanian, orientasi masa depan serta sikap yang antisipatif dan proaktif